KATA PENGANTAR
Assalamualaikum
warrahmatullahi wabarakaatuh,
Syukur
alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat,
hidayah dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perencanaan
Tes”. Shalawat dan salam penulis
ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah yang sangat berjasa bagi seluruh umat.
Terimakasih yang
tiada terkira juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada “Elvi Yenti, S.Pd, M.Si.,” yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam proses
penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
mungkin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik
dan saran membangun dari pembaca juga penulis harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.
Pekanbaru, 13 November 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu upaya dalam meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas
pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian.
Dalam penilaian proses dan hasil belajar siswa di
sekolah, aspek aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan
soal, pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal
untuk memperoleh kualitas soal yang memadai,serta pemanfaatan data hasil
penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh karena itu,
kemampuan para guru mutlak sangat diperlukan untuk membantu suksesnya tujuan
pendidikan.
Dalam mengevaluasi pembelajaran,
tidaklah lepas dari syarat syarat yang harus ditempuh dalam kegiatan
perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran. Tentunya agar ter yang dihasilkan
bermutu dan mampu menambah pengetahuan serta mampu memperdalam materi yang
telah disampaikan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan kami
sajikan syarat daripada perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran.
B. Rumusan masalah
1. Apakah
definisi dan persyaratan sebuah tes evaluasi pendidikan yang baik?
2. Apa
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan tes?
3. Bagaimana
penyusunan kisi-kisi tes dan contohnya?
C. Tujuan
Penulisan
Dengan memperhatikan beberapa
permasalahan diatas, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memahami
definisi dan persyaratan tes evaluasi pendidikan yang baik.
2. Mengetahui
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan perencanaan tes.
3. Memahami
cara penyusunan kisi-kisi tes dan contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Tes
Tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan.[1]
Cronbach mengartikan tes sebagai prosedur yang sistematis
untuk mengamati prilaku seseorang dan mendeskripsikannya dengan bantuan system numeric atau sistem
kategori. Fernandes mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis
untuk mengobservasi perilaku seseorang dan mengambarkannya dalam bentuk skala numeric atau system kategori.[2]
Sedangkan yang dimaksud tes hasil
belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai
hasil-hasil pembelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya,
atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu.[3]
Tes sebagai alat penilaian dalam evaluasi pembelajaran adalah pertanyaan pertanyaan yang yang
diberikan kepada siswa untuk dijawab siswa dalam bentuk lisan (tes lisan),
dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Oleh
karena itu diperlukan keterampilan guru dalam kegiatan evaluasi pembelajaran
tersebut. Dalam kegiatan evaluasi, terdapat 2
sumber persyaratan tes yaitu :
a)
Menyangkut mutu tes
b)
Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan tes.
Sebelum
evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun terlebih dahulu perencanaannya
secara baik dan matang.
Dalam
merencanakan tes evaluasi pembelajaran, hendaklah memenuhi persyaratan tes yang
baik, yaitu :
a)
Validitas
Sebuah data dikatakan valid
apabila sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, dapat memberikan gambaran
tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan yang
sesungguhnya.
b)
Reliabilitas
Kata reliabilitas berasal dari
bahasa inggris reliability yang berasal dari kata reliable yang
artinya dapat dipercaya. Suatu tes bisa dikatakan dapat dipercaya jika
memberikan hasil yang tetap apabila diteskan beberapa kali akan menunjukkan
ketetapan.
c)
Obyektivitas
Obyektivitas dapat diartikan
sebagai tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi terutama dalam kegiatan penskoran
atau sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas
menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan
reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
d)
Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikability yang tinggi apabila tes
tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.
B.
Perencanaan Tes
Perencanaan evaluasi hasil belajar itu
umumnya mencakup 6 jenis kegiatan :
a)
Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
Perumusan tujuan sangatlah penting,
sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa
arah
b)
Menetapkan aspek aspek yang akan dievaluasi
Misalnya aspek kognitif, afektif atau
psikomotor.
c)
Memilih dan menentukan teknik apakah yang akan digunakan
dalam pelaksanaan evaluasi. Misalnya dengan menggunakan teknis tes atau nontes.
d) Menyusun alat alat pengukur yang akan
dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik.
e)
Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan pegangan
atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
f)
Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar
itu sendiri (kapan dan seberapa sekali evaluasi akan dilaksanakan).
Dalam perencanaan sebuah tes terdapat beberapa prinsip
yang perlu diperhatikan agar tes tersebut dapat mengukur
tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau
mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah
mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
Diantara
beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a)
Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil
belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
b)
Butir-butir soal tes harus merupakan sampel yang
representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
c)
Bentuk soal tes harus di buat bervariasi, sehingga betul
betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan
tes itu sendiri.
Dalam
perencanaan sebuah tes, seorang guru perlu memikirkan tipe dan
fungsi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan
bagaimana karakteristik soal yang akan dibuatnya.
1. Tes
Uraian
Beberapa
petunjuk operasional yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir
soal yaitu:
a. Dalam
menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin harus dapat diusahakan
agar butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi
pelajaran yang telah diajarkan, atau telah diperintahkan kepada siswa untuk
mempelajarinya.
b. Untuk
menghindari timbulnya perbuatan curang oleh siswa (misal: menyontek, atau
bertanya kepada siswa lainnya), hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal
dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau
bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.
c. Sesaat
setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan
dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang
dikehendaki oleh siswa sebagai yang betul.
d. Dalam
menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar
pertanyaan-pertanyaannya atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam,
melainkan dibuat secara bervariasi.
e. Kalimat
soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat dipahami
oleh siswa dan tidak menimbulkan keraguan bagi siswa dalam memberikan jawabannya.
f. Suatu
hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh
guru ialah, agar
dalam menyusun butir soal tes uraian, sebelum sampai pada butir soal yang harus
dijawab atau dikerjakan oleh siswa, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara
mengerjakan atau cara menjawab butir-butir soal tersebut.
2. Tes
Obyektif
a. Tes
Obyektif Benar Salah (True-False Test)
Beberapa
petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif
bentuk true false yaitu:
1) Seyogyanya
dituliskan huruf B-S didepan masing-masing pernyataan dan jangan di
belakangnya. Hal ini dimaksudkan agar mudah bagi siswa dalam memberikan jawaban
disamping mudah pula bagi siswa dalam mengoreksi jawaban soal tes tersebut.
2) Jumlah
butir soal berkisar antara 10 sampai dengan 20 butir.
3) Jumlah
butir soal yang jawabannya betul (B) sebaiknya sama atau seimbang dengan jumlah
butir soal yang jawabannya salah (S).
4) Urutan
soal-soal yang jawabannya betul (B) dan jawabannya salah (S) hendaknya jangan
dibuat senada, buatlah berselang-seling sehingga dapat mencegah timbulnya
permainan spekulasi dikalangan siswa.
Contoh yang jelek:
B-S-B-S-B-S-B-S-B-S-B-S
Contoh yang baik:
B-S-S-B-B-B-B-S-B-B-S-S
5) Butir-butir
soal yang jawabannya betul (B) sebaiknya tidak mempunyai corak yang berbeda
dari soal-soal yang jawabannya salah. Misalnya soal-soal yang jawabannya betul
kalimatnya dibuat lebih panjang daripada soal-soal yang jawabannya salah atau
sebaliknya.
6) Dalam buku (bahan tes), Ubah dan olahlah sedemikian rupa sehingga sekalipun isinya sama tetapi
kalimatnya telah dimodifikasi.
7) Menyusun
butir-butir soal tes obyektif bentuk true-false
hendaknya dapat di hindari sejauh mungkin agar tidak ada butir soal yang
jawabannya bersifat relatif (maksudnya ada kemungkinan jawabannya betul dan ada
kemungkinan jawabannya salah). Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan
pendapat atau perdebatan antara guru dan siswa.
8) Hindari
kalimat panjang dan kompleks dengan kata-kata yang mempunyai arti ganda.[4]
b. Tes
Obyektif Bentuk Matching
Beberapa petunjuk yang perlu
diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk matching
yaitu:
1) Sekalipun
tidak ada hukum, rumus, atau ketentuan yang pasti, namun hendaknya butir-butir item yang dituangkan dalam bentuk matching test ini jumlahnya tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 15
butir.
2) Pada tiap
kelompok item hendaknya ditambahkan
sekitar 20% kemungkinan jawab (daftar dua). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
kemungkinan terjadinya suatu keadaan dimana pasangan yang harus dipilih tinggal
sedikit yang belum diisikan, maka soal menjadi terlalu mudah untuk di cari
jawabannya.
3) Hendaknya
diatur sedemikian rupa sehingga kelompok soal atau kelompok jawabannya berada
dalam satu halaman kertas (maksudnya: jangan sampai berpindah atau bersambung
ke halaman berikutnya). Ini perlu sekali diperhatikan, sebab yang demikian itu
akan berakibat mempersulit siswa dalam memilih dan menentukan jawabannya.
4) Sekalipun
kadang-kadang sulit dilaksanakan, usahakanlah agar petunjuk tentang cara
mengerjakan soal dibuat seringkas dan setegas mungkin.
c. Tes
Obyektif Bentuk Fill In (Bentuk Isian)
Beberapa
petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif
bentuk fill in yaitu:
1) Agar tes ini dapat digunakan secara efektif sebaiknya jawaban yang harus diisikan, ditulis pada lembar jawaban atau pada tempat yang terpisah. Jadi
seyogyanya jwaban yang diberikan siswa jangan dituliskan diatas titik-titik
yang sudah disediakan.
2) Ungkapan
cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun secara ringkas dan padat demi
menghemat tempat atau kertas serta waktu penyusunannya.
3) Sejauh mungkin
supaya diusahakan agar butir-butir item yang diajukan dalam tes obyektif bentuk
fill in ini adalah butir-butir item yang selain mengungkap pengetahuan atau
pengenalan juga dapat mengungkap taraf kompetensi lain yang sifatnya lebih
mendalam.
4) Apabila jenis
mata pelajaran yang akan diteskan itu memungkinkan, penyajian soal juga dapat
dituangkan dalam bentuk gambar, peta, dan sebagainya sehingga kalimat cerita
dapat dipersingkat.
d) Tes Obyektif Completion
(Tes Melengkapi atau Menyempurnakan)
Mengenai
pedoman penyusunan butir-butir soal tes obyektif bentuk completion ini pada dasarnya sama dengan tes obyektif bentuk fill in, perbedaannya ialah pada tes
obyektif bentuk fill in, bahan yang
diteskan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk
completion tidak demikian. Dengan kata lain, pada tes obyektif bentuk completion ini dapat saja dibuat
berlainan antara yang satu dengan yang lain.[5]
e) Tes Obyektif Bentuk Multiple Choice Item (Bentuk Pilihan Ganda)
Beberapa petunjuk yang perlu
diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk Multiple chice item yaitu:
1) Intruksi
pengerjaannya harus jelas dan bila dipandang perlu baik disertai contoh
mengerjakannya.
2) Dalam Multiple chioce test hanya ada “satu”
jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya
benar nomor 1, benar nomor 2, dan sebagainya.
3) Kalimat pada tiap butir soal
hendaknya sesingkat mungkin.
4) Usahakan
menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.
5) Kalimat
pokok dalam setiap butir soal hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal
lain.
6) Jangan
membuang bagian pertama dari suatu kalimat.
Contoh: ..... kita sudah merdeka....kita
bekerjasama....kita masing-masing.
a. andaikata....maka
b. meskipun ... boleh
c.
negara ... maka
d.
walaupun ... tidak seharusnya
e.
tahun 1945 ... dan
8) Dilihat dari
segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.
9) Tiap butir
soal hendaknya haya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.
10) Bila dapat
disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah misalnya: urutan tahun,
urutan alfabet, dan sebagainya.
11) Susunlah agar
jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
12) Alternatif yang disajikan hendaknya
agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya, maupun taraf teknis.
13) Alternatif-alternatif
yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya.
14) Buatlah
jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat atau lima.
15) Apabila terdapat kesukaran, buatlah
pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu gampang diterka
karena bentuknya atau isi.
16) Hindari pengulangan suara atau pengulangan kata pada
kalimat pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih
alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. hal ini disebabkan karena
dapat diduga itulah jawaban yang benar.
17) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku
pelajaran. Karena yang terungkap bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
18) Alternatif-alternatif hendaknya
jangan tumpang tindih, jangan inklusif, dan jangan sinonim.
19) Jangan
gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.[6]
C. Kisi-kisi
Tes
1. Teknik Penyusunan Kisi-kisi Tes:
Kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapat dijadikan
pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi tes. Dengan menggunakan
kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan
tujuan tes dan perakit tes akan mudah menyusun perangkat tes. Berbagai paket
tes yang memiliki tingkat kesulitan, kedalaman materi, dan cakupan materi sama
(paralel) akan mudah dihasilkan hanya dengan satu kisi -kisi yang baik.
Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut:
a.
Mewakili isi kurikulum yang akan
diujikan.
b.
Komponen-komponennya rinci, jelas,
dan mudah dipahami.
c.
Soal-soalnya dapat dibuat sesuai
dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
d.
Urgensi, secara teoretis materi
yang akan diujikan mutlak harus dikuasai siswa.
e.
Relevansi, materi yang dipilih
sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang lain.
f.
Kontinuitas, materi yang dipilih
merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi dari yang sebelumnya pernah.
Sebagai contoh, indikator yang akan di
capai dalam pokok bahasan sistem koloid:
a.
Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati, dan
koloid berdasarkan data hasil pengamatan efek Tyndall, homogen atau heterogen, dan penyaringan.
b.
Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan.
c.
Mengelompokkan koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase
pendispersi.
d.
Mendeskripsikan sifat-sifat koloid berdasarkan
efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi, dan koagulasi.
e.
Menjelaskan peranan koloid dalam industri
kosmetik, makanan, dan farmasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dalam merencanakan
tes evaluasi pembelajaran, tes tersebut haruslah memenuhi persyaratan tes yang
baik yaitu: validitas, reliabilitas, obyektifitas dan praktikabilitas.
2. Perencanaan
evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup 6 jenis kegiatan: merumuskan tujuan
dilaksanakannya evaluasi, menetapkan aspek aspek yang akan dievaluasi, memilih
dan menentukan teknik apakah yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi,
menyusun alat ukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil
belajar peserta didik, menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan
dijadikan pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi
terhadap data hasil evaluasi, serta menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi
hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa sekali evaluasi akan
dilaksanakan).
3. Dalam
perencanaan sebuah tes, seorang guru perlu memikirkan tipe dan
fungsi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan
bagaimana karakteristik soal yang akan dibuatnya.
4. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut: mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan, secara teoretis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai siswa, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami
bidang lain, serta materi yang dipilih merupakan
materi lanjutan atau pendalaman materi dari yang sebelumnya pernah.
B. Saran
Setelah membaca
makalah ini, penulis berharap isi dari makalah yang sederhana ini dapat
menambah wawasan pembaca dan penulis
mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan tes dan
mampu membuat kisi-kisi tes yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta
: Bumi Aksara
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sudijono , Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
RajaGrafindo Persada.
Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip Prinsip Dan Teknik Evaluasi
Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya
Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: RajaGravindo Persada
LAMPIRAN
Bentuk soal
Multiple Choice:
1) Dari beberapa contoh berikut:
1. Kopi 3. Teh manis 5. Air Garam
2. Asap 4. Kabut
Manakah yang dapat menunjukan
Efek tyndall…
a.
1 dan 2
b.
2 dan 3
c.
2 dan 4
d.
3 dan 4
2) Cahaya proyektor di bioskop apabila melewati asap akan terlihat
berhamburan. Hal tersebut membuktikan bahwa koloid…
a.
Memiliki sifat
efek tyndall
b.
Asap mengalami
gerak brown
c.
Asap Mengepul
d.
Yang memancar
adalah asap kabut
3) Gerak partikel koloid yang terus menerus dengan gerakan
patah-patah disebut…
a.
Gerak kinetik
b.
Gerak menumbuk
c.
Gerak
melengkung
d.
Gerak brown
4) Fungsi dialisis dalam koloid
adalah…
a. Melindungi koloid lain
b. Menghilangkan kotoran koloid
c. Mempertahankan ukuran partikel koloid
d. Pengendapan koloid
5) Di antara sistem dispersi di bawah ini yang termasuk emulsi ialah...
a. Jeli
b. Cat
c. Susu
d. Kanji
6) Sifat adsorpsi dari koloid dapat digunakan dalam hal-hal di bawah ini, kecuali .…
a. Pemurnian gula
b. Pencucian dengan sabun
c. Penjernihan air
d. Pengobatan sakit perut
7) Gerak
Brown terjadi karena ….
a. Tolak-menolak anta rpartikel koloid yang
muatannya sama
b. Tarik-menarikantarpartikelkoloid
yang berbeda muatan
c. Tumbukan antar partikel koloid
d. Gaya gravitasi
8) Buih adalah sistem dispersi pada ….
a. Zat padat terdispersi dalam zat cair.
b. Zat cair terdispersi dalam gas.
c. Gas terdispersi dalam zat padat.
d. Gas terdispersi dalam zat cair.
e. Zat cair terdispersi dalam zat cair.
a. Zat padat terdispersi dalam zat cair.
b. Zat cair terdispersi dalam gas.
c. Gas terdispersi dalam zat padat.
d. Gas terdispersi dalam zat cair.
e. Zat cair terdispersi dalam zat cair.
9) Berikut ini peristiwa-peristiwa koagulasi
pada partikel koloid, kecuali ….
a. Penggumpalan lateks
b. Pengobatan sakit perut
c. Pengendapan debu pada cerobong asap
d. Penjernihan lumpur dari air sungai
e. Pembentukan delta pada muara sungai
a. Penggumpalan lateks
b. Pengobatan sakit perut
c. Pengendapan debu pada cerobong asap
d. Penjernihan lumpur dari air sungai
e. Pembentukan delta pada muara sungai
10) Diberikan
beberapa cara pembuatan koloid berikut.
1) reaksi redoks
2) busur Bredig
3) reaksi hidrolisis
4) peptisasi
5) reaksi pemindahan
6) mekanik
Pembuatan koloid secara dispersi adalah ….
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 3, dan 5
c. 2, 3, dan 4
d. 2, 4, dan 6
e. 4, 5, dan 6
1) reaksi redoks
2) busur Bredig
3) reaksi hidrolisis
4) peptisasi
5) reaksi pemindahan
6) mekanik
Pembuatan koloid secara dispersi adalah ….
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 3, dan 5
c. 2, 3, dan 4
d. 2, 4, dan 6
e. 4, 5, dan 6
LAMPIRAN
Bentuk
soal Completion:
1.
Koloid adalah suatu campuran zat …. Antara
dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar
merata dalam zat lain.
2.
Pembuatan koloid sol dengan cara dekomposisi
raangkap, hidrolisis dan redoks disebut ….
3.
Pembuatan koloid dari suatu endapan dengan
bantuan zat pemecah dikenal dengan nama ….
4.
Pemurnian partikel koloid yang menempel
pada permukaannya disebut ….
5.
Semakin tinggi suhu suatu sistem koloid, semakin
besar …. yang dimiliki partikel medium.
6.
Dalam kehidupan sehari-hari terlihat langit
berwarna merah karena …. oleh koloid.
7.
Contoh fase terdispersi padat adalah ….
8.
Contoh fase pendispersi air adalah ….
9.
Jika medium pendispersinya berupa .... maka suatu koloid disebut ....
10.
Susu adalah emulsi .... dalam air.
a. gelas warna b. kondensasi c. dialisis
d. Hidrofil e. lemak f. Peptisasi g. susu
h. heterogen i. energi
kinetik j. Penghamburan
cahaya
LAMPIRAN
Bentuk soal uraian:
1.
Mengapa banyak industri yang berkecenderungan membuat produk
berupa koloid?
2.
Apa yang dapat menyebabkan koagulasi pada sistem koloid?
Jelaskan!
3.
Jelasan sol belerang dengan cara kondensasi dan dispersi?
4.
Apa yang anda ketahui tentang emolgator? Sebutkan manfaat
emulgator dalam kehidupan sehari- hari?
5.
Apabila kedalam Sol Fe(OH)2 dicelupkan dua
elektrode dihubungkan dengan sumber arus searah bertegangan tinggi ternyata di
katode terjadi koagulasi. Jelasan operistiwa tersebut?
6.
Apabila kedalam Sol Fe(OH)2 dicelupkan dua elektrode
dihubungkan dengan sumber arus searah bertegangan tinggi ternyata di katode
terjadi koagulasi. Jelasan operistiwa tersebut?
LAMPIRAN
Bentuk soal fill in :
Petunjuk:
Isilah titik- titik
dibawah ini dengan jawaban yang Tepat!
Dispersi elektrolitik dikenal juga
dengan istilah............(1). Dengan cara Dispersi elektrolitik, zat padat
dirubah menjadi partikekel koloid dengan bantuan..........(2). Biasnya,
dispersi elektrolitik digunakan untuk membuat..............(3). Misalnya............(4)
dan ..........(5). Selain itu, dengan menggunakan suhu tinggi menyebabkan uap
logam yang biasa dijadikan bahan bakunya mengalami........(6) membentuk
partikel koloid.
[3] Drs. M. Ngalim Purwanto, M.P, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi
Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, h. 33.
[4] Prof. H.M.
Sukardi, MS., Ph.D., Evaluasi Pendidikan:
Prinsip & Operasionalnya, Bumi Aksara, Yogyakarta, h. 121.
[5] Prof.
Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi
Pendidikan, PT. RajaGrafindo Persada, Yogyakarta, 1995, h. 104-118.
[6] Prof. Dr.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi aksara, Jakarta,
2010, h. 170-172
0 komentar:
Posting Komentar