Kamis, 07 November 2013

Evaluasi Pendidikan



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakaatuh,
Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat, hidayah dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Perencanaan Tes”. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah yang sangat berjasa bagi seluruh umat.
Terimakasih yang tiada terkira juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Terutama kepada Elvi Yenti, S.Pd, M.Si.,yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam proses penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu kritik dan saran membangun dari pembaca juga penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.

Pekanbaru, 13 November 2013

Penulis            

BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Salah satu upaya dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sebagai bagian dari peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan melalui sistem penilaian. Dalam  penilaian  proses dan hasil belajar siswa di sekolah, aspek aspek yang berkenaan dengan pemilihan alat penilaian, penyusunan soal, pengolahan dan interpretasi data hasil penilaian, analisis butir soal untuk memperoleh kualitas soal yang memadai,serta pemanfaatan data hasil penilaian sangat berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Oleh karena itu, kemampuan para guru mutlak sangat diperlukan untuk membantu suksesnya tujuan pendidikan.
Dalam mengevaluasi pembelajaran, tidaklah lepas dari syarat syarat yang harus ditempuh dalam kegiatan perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran. Tentunya agar ter yang dihasilkan bermutu dan mampu menambah pengetahuan serta mampu memperdalam materi yang telah disampaikan sebelumnya. Oleh karena itu, dalam makalah ini, akan kami sajikan syarat daripada perencanaan dan penyusunan tes pembelajaran.

B.   Rumusan masalah
1.    Apakah definisi dan persyaratan sebuah tes evaluasi pendidikan yang baik?
2.    Apa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan tes?
3.    Bagaimana penyusunan kisi-kisi tes dan contohnya?

C.   Tujuan Penulisan
Dengan memperhatikan beberapa permasalahan diatas, maka penulisan makalah ini bertujuan untuk:
1.    Memahami definisi dan persyaratan tes evaluasi pendidikan yang baik.
2.    Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan perencanaan tes.
3.    Memahami cara penyusunan kisi-kisi tes dan contohnya.






























BAB II
PEMBAHASAN
A.      Definisi Tes
          Tes merupakan alat atau prosedur yang  digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan aturan yang sudah ditentukan.[1] Cronbach mengartikan tes sebagai prosedur yang sistematis untuk mengamati prilaku seseorang dan mendeskripsikannya dengan bantuan system numeric atau sistem kategori. Fernandes mengartikan tes sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi perilaku seseorang dan mengambarkannya dalam bentuk skala numeric atau system kategori.[2]  Sedangkan yang dimaksud tes hasil belajar atau achievement test ialah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah diberikan oleh guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam jangka waktu tertentu.[3]
          Tes sebagai alat penilaian dalam evaluasi pembelajaran adalah pertanyaan pertanyaan yang yang diberikan kepada siswa untuk dijawab siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan) atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Oleh karena itu diperlukan keterampilan guru dalam kegiatan evaluasi pembelajaran tersebut. Dalam kegiatan evaluasi, terdapat 2 sumber persyaratan tes yaitu :
a)        Menyangkut mutu tes
b)        Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan tes.
       Sebelum evaluasi hasil belajar dilaksanakan, harus disusun terlebih dahulu perencanaannya secara baik dan matang.
       Dalam merencanakan tes evaluasi pembelajaran, hendaklah memenuhi persyaratan tes yang baik, yaitu :
a)        Validitas
          Sebuah data dikatakan valid apabila sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, dapat memberikan gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan yang sesungguhnya.
b)        Reliabilitas
       Kata reliabilitas berasal dari bahasa inggris reliability yang berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Suatu tes bisa dikatakan dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap apabila diteskan beberapa kali akan menunjukkan ketetapan.
c)        Obyektivitas
       Obyektivitas dapat diartikan sebagai tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi terutama dalam kegiatan penskoran atau sistem skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.
d)       Praktikabilitas (practicability)
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikability yang tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis, mudah pengadministrasiannya.

B.       Perencanaan Tes
Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup 6 jenis kegiatan :
a)        Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi
Perumusan tujuan sangatlah penting, sebab tanpa tujuan yang jelas maka evaluasi hasil belajar akan berjalan tanpa arah
b)        Menetapkan aspek aspek yang akan dievaluasi
Misalnya aspek kognitif, afektif atau psikomotor.
c)        Memilih dan menentukan teknik apakah yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi. Misalnya dengan menggunakan teknis tes atau nontes.
d)       Menyusun alat alat pengukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik.
e)        Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan  pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi.
f)         Menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa sekali evaluasi akan dilaksanakan).

Dalam perencanaan sebuah tes terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu.
          Diantara beberapa prinsip yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :
a)        Tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.
b)        Butir-butir soal tes harus merupakan sampel yang representatif dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan.
c)        Bentuk soal tes harus di buat bervariasi, sehingga betul betul cocok untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan sesuai dengan tujuan tes itu sendiri.

          Dalam perencanaan sebuah tes, seorang guru perlu memikirkan tipe dan fungsi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal yang akan dibuatnya.
1.    Tes Uraian
       Beberapa petunjuk operasional yang dapat dijadikan pedoman dalam menyusun butir-butir soal yaitu:
a.    Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian, sejauh mungkin harus dapat diusahakan agar butir-butir soal tersebut dapat mencakup ide-ide pokok dari materi pelajaran yang telah diajarkan, atau telah diperintahkan kepada siswa untuk mempelajarinya.
b.    Untuk menghindari timbulnya perbuatan curang oleh siswa (misal: menyontek, atau bertanya kepada siswa lainnya), hendaknya diusahakan agar susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.
c.    Sesaat setelah butir-butir soal tes uraian dibuat, hendaknya segera disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana atau seperti apakah seharusnya jawaban yang dikehendaki oleh siswa sebagai yang betul.
d.    Dalam menyusun butir-butir soal tes uraian hendaknya diusahakan agar pertanyaan-pertanyaannya atau perintah-perintahnya jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara bervariasi.
e.    Kalimat soal hendaknya disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga cepat dipahami oleh siswa dan tidak menimbulkan keraguan bagi siswa dalam memberikan jawabannya.
f.     Suatu hal penting yang tidak boleh dilupakan oleh guru ialah, agar dalam menyusun butir soal tes uraian, sebelum sampai pada butir soal yang harus dijawab atau dikerjakan oleh siswa, hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau cara menjawab butir-butir soal tersebut.
2.    Tes Obyektif
a.    Tes Obyektif Benar Salah (True-False Test)
       Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk true false yaitu:
1)    Seyogyanya dituliskan huruf B-S didepan masing-masing pernyataan dan jangan di belakangnya. Hal ini dimaksudkan agar mudah bagi siswa dalam memberikan jawaban disamping mudah pula bagi siswa dalam mengoreksi jawaban soal tes tersebut.
2)    Jumlah butir soal berkisar antara 10 sampai dengan 20 butir.
3)    Jumlah butir soal yang jawabannya betul (B) sebaiknya sama atau seimbang dengan jumlah butir soal yang jawabannya salah (S).
4)    Urutan soal-soal yang jawabannya betul (B) dan jawabannya salah (S) hendaknya jangan dibuat senada, buatlah berselang-seling sehingga dapat mencegah timbulnya permainan spekulasi dikalangan siswa.
Contoh yang jelek:
B-S-B-S-B-S-B-S-B-S-B-S
Contoh yang baik:
B-S-S-B-B-B-B-S-B-B-S-S
5)    Butir-butir soal yang jawabannya betul (B) sebaiknya tidak mempunyai corak yang berbeda dari soal-soal yang jawabannya salah. Misalnya soal-soal yang jawabannya betul kalimatnya dibuat lebih panjang daripada soal-soal yang jawabannya salah atau sebaliknya.
6)    Dalam buku (bahan tes), Ubah dan olahlah sedemikian rupa sehingga sekalipun isinya sama tetapi kalimatnya telah dimodifikasi.
7)    Menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk true-false hendaknya dapat di hindari sejauh mungkin agar tidak ada butir soal yang jawabannya bersifat relatif (maksudnya ada kemungkinan jawabannya betul dan ada kemungkinan jawabannya salah). Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan pendapat atau perdebatan antara guru dan siswa.
8)    Hindari kalimat panjang dan kompleks dengan kata-kata yang mempunyai arti ganda.[4]

b.    Tes Obyektif Bentuk Matching
Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk matching yaitu:
1)    Sekalipun tidak ada hukum, rumus, atau ketentuan yang pasti, namun hendaknya butir-butir item yang dituangkan dalam bentuk matching test ini jumlahnya tidak kurang dari 10 dan tidak lebih dari 15 butir.
2)    Pada tiap kelompok item hendaknya ditambahkan sekitar 20% kemungkinan jawab (daftar dua). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya suatu keadaan dimana pasangan yang harus dipilih tinggal sedikit yang belum diisikan, maka soal menjadi terlalu mudah untuk di cari jawabannya.
3)    Hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok soal atau kelompok jawabannya berada dalam satu halaman kertas (maksudnya: jangan sampai berpindah atau bersambung ke halaman berikutnya). Ini perlu sekali diperhatikan, sebab yang demikian itu akan berakibat mempersulit siswa dalam memilih dan menentukan jawabannya.
4)    Sekalipun kadang-kadang sulit dilaksanakan, usahakanlah agar petunjuk tentang cara mengerjakan soal dibuat seringkas dan setegas mungkin.

c.    Tes Obyektif Bentuk Fill In (Bentuk Isian)
       Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk fill in yaitu:
1)    Agar tes ini dapat digunakan secara efektif sebaiknya jawaban yang harus diisikan, ditulis pada lembar jawaban atau pada tempat yang terpisah. Jadi seyogyanya jwaban yang diberikan siswa jangan dituliskan diatas titik-titik yang sudah disediakan.
2)    Ungkapan cerita yang dijadikan bahan tes hendaknya disusun secara ringkas dan padat demi menghemat tempat atau kertas serta waktu penyusunannya.
3)    Sejauh mungkin supaya diusahakan agar butir-butir item yang diajukan dalam tes obyektif bentuk fill in ini adalah butir-butir item yang selain mengungkap pengetahuan atau pengenalan juga dapat mengungkap taraf kompetensi lain yang sifatnya lebih mendalam.
4)    Apabila jenis mata pelajaran yang akan diteskan itu memungkinkan, penyajian soal juga dapat dituangkan dalam bentuk gambar, peta, dan sebagainya sehingga kalimat cerita dapat dipersingkat.

d) Tes Obyektif Completion (Tes Melengkapi atau Menyempurnakan)
          Mengenai pedoman penyusunan butir-butir soal tes obyektif bentuk completion ini pada dasarnya sama dengan tes obyektif bentuk fill in, perbedaannya ialah pada tes obyektif bentuk fill in, bahan yang diteskan itu merupakan satu kesatuan cerita, sedangkan pada tes obyektif bentuk completion tidak demikian. Dengan kata lain, pada tes obyektif bentuk completion ini dapat saja dibuat berlainan antara yang satu dengan yang lain.[5]

e) Tes Obyektif Bentuk Multiple Choice Item (Bentuk Pilihan Ganda)
Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam menyusun butir-butir soal tes obyektif bentuk Multiple chice item yaitu:
1)    Intruksi pengerjaannya harus jelas dan bila dipandang perlu baik disertai contoh mengerjakannya.
2)    Dalam Multiple chioce test hanya ada “satu” jawaban yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomor 1, benar nomor 2, dan sebagainya.
3)    Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat mungkin.
4)    Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya.
5)    Kalimat pokok dalam setiap butir soal hendaknya tidak tergantung pada butir-butir soal lain.
6)    Jangan membuang bagian pertama dari suatu kalimat.
Contoh: ..... kita sudah merdeka....kita bekerjasama....kita masing-masing.
a. andaikata....maka
b. meskipun ... boleh
       c. negara ... maka
       d. walaupun ... tidak seharusnya
       e. tahun 1945 ... dan
8)    Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar.
9)    Tiap butir soal hendaknya haya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat kompleks.
10)  Bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah misalnya: urutan tahun, urutan alfabet, dan sebagainya.
11)  Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
12) Alternatif yang disajikan hendaknya agak seragam dalam panjangnya, sifat uraiannya, maupun taraf teknis.
13)  Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya.
14) Buatlah jumlah alternatif pilihan ganda sebanyak empat atau lima.
15) Apabila terdapat kesukaran, buatlah pilihan-pilihan tambahan untuk mencapai jumlah empat tersebut. Pilihan-pilihan tambahan hendaknya jangan terlalu gampang diterka karena bentuknya atau isi.
16) Hindari pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. hal ini disebabkan karena dapat diduga itulah jawaban yang benar.
17) Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku pelajaran. Karena yang terungkap bukan pengertiannya melainkan hafalannya.
18) Alternatif-alternatif hendaknya jangan tumpang tindih, jangan inklusif, dan jangan sinonim.
19)  Jangan gunakan kata-kata indikator seperti selalu, kadang-kadang, pada umumnya.[6]

C.   Kisi-kisi Tes
1.    Teknik Penyusunan Kisi-kisi Tes:
Kisi-kisi dapat didefinisikan sebagai matrik informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis dan merakit soal menjadi tes. Dengan menggunakan kisi-kisi, penulis soal akan dapat menghasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes dan perakit tes akan mudah menyusun perangkat tes. Berbagai paket tes yang memiliki tingkat kesulitan, kedalaman materi, dan cakupan materi sama (paralel) akan mudah dihasilkan hanya dengan satu kisi -kisi yang baik. Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a.         Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.
b.        Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.
c.         Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
d.        Urgensi, secara teoretis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai siswa.
e.         Relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang lain.
f.         Kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi dari yang sebelumnya pernah.

Sebagai contoh, indikator yang akan di capai dalam pokok bahasan sistem koloid:
a.         Mengklasifikasikan suspensi kasar, larutan sejati, dan koloid berdasarkan data hasil pengamatan efek Tyndall, homogen atau heterogen, dan penyaringan.
b.        Menjelaskan proses pembuatan koloid melalui percobaan.
c.         Mengelompokkan koloid berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersi.
d.        Mendeskripsikan sifat-sifat koloid berdasarkan efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, elektroforesis, emulsi, dan koagulasi.
e.         Menjelaskan peranan koloid dalam industri kosmetik, makanan, dan farmasi.














BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan
1.   Dalam merencanakan tes evaluasi pembelajaran, tes tersebut haruslah memenuhi persyaratan tes yang baik yaitu: validitas, reliabilitas, obyektifitas dan praktikabilitas.
2.    Perencanaan evaluasi hasil belajar itu umumnya mencakup 6 jenis kegiatan: merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi, menetapkan aspek aspek yang akan dievaluasi, memilih dan menentukan teknik apakah yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi, menyusun alat ukur yang akan dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil belajar peserta didik, menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan  pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap data hasil evaluasi, serta menentukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri (kapan dan seberapa sekali evaluasi akan dilaksanakan).
3.    Dalam perencanaan sebuah tes, seorang guru perlu memikirkan tipe dan fungsi tes yang akan disusunnya sehingga selanjutnya ia dapat menentukan bagaimana karakteristik soal yang akan dibuatnya.
4.    Kisi-kisi soal yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami, soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan, secara teoretis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai siswa, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau memahami bidang lain, serta materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau pendalaman materi dari yang sebelumnya pernah.
B.   Saran
Setelah membaca makalah ini, penulis berharap isi dari makalah yang sederhana ini dapat menambah wawasan pembaca dan penulis mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat perencanaan tes dan mampu membuat kisi-kisi tes yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudijono , Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : RajaGrafindo Persada.

Purwanto, Ngalim.  2009. Prinsip Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung : Remaja Rosdakarya

Wahjoedi. 2001. Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta: RajaGravindo Persada














LAMPIRAN
Bentuk soal Multiple Choice:
1)   Dari beberapa contoh berikut:
1. Kopi               3. Teh manis        5. Air Garam
2. Asap               4. Kabut
Manakah yang dapat menunjukan Efek tyndall…
a.         1 dan 2
b.         2 dan 3
c.         2 dan 4
d.        3 dan 4
2)   Cahaya proyektor di bioskop apabila melewati asap akan terlihat berhamburan. Hal tersebut membuktikan bahwa koloid…
a.         Memiliki sifat efek tyndall
b.         Asap mengalami gerak brown
c.         Asap Mengepul
d.        Yang memancar adalah asap kabut
3)   Gerak partikel koloid yang terus menerus dengan gerakan patah-patah disebut…
a.         Gerak kinetik
b.         Gerak menumbuk
c.         Gerak melengkung
d.       Gerak brown
4)    Fungsi dialisis dalam koloid adalah…
a.       Melindungi koloid lain
b.      Menghilangkan kotoran koloid
c.       Mempertahankan ukuran partikel koloid
d.      Pengendapan koloid
5)    Di antara sistem dispersi di bawah ini yang termasuk emulsi ialah...
a. Jeli       
b. Cat
c. Susu
d. Kanji
6)    Sifat adsorpsi dari koloid dapat digunakan dalam hal-hal di bawah ini, kecuali .…
a. Pemurnian gula            
b. Pencucian dengan sabun         
c. Penjernihan air
d. Pengobatan sakit perut
7)     Gerak Brown terjadi karena ….
        a. Tolak-menolak anta rpartikel koloid yang muatannya sama
        b. Tarik-menarikantarpartikelkoloid yang berbeda          muatan
        c. Tumbukan antar partikel koloid
        d. Gaya gravitasi
8)    Buih adalah sistem dispersi pada ….
a. Zat padat terdispersi dalam zat cair.
b. Zat cair terdispersi dalam gas.
c. Gas terdispersi dalam zat padat.
d. Gas terdispersi dalam zat cair.
e. Zat cair terdispersi dalam zat cair.
9)    Berikut ini peristiwa-peristiwa koagulasi pada partikel koloid, kecuali ….
a. Penggumpalan lateks
b. Pengobatan sakit perut
c. Pengendapan debu pada cerobong asap
d. Penjernihan lumpur dari air sungai
e. Pembentukan delta pada muara sungai
      
10) Diberikan beberapa cara pembuatan koloid berikut.
1) reaksi redoks
2) busur Bredig
3) reaksi hidrolisis
4) peptisasi
5) reaksi pemindahan
6) mekanik

Pembuatan koloid secara dispersi adalah ….
a. 1, 2, dan 3
b. 1, 3, dan 5
c. 2, 3, dan 4
d. 2, 4, dan 6
e. 4, 5, dan 6


LAMPIRAN
Bentuk soal Completion:
1.      Koloid adalah suatu campuran zat …. Antara dua zat atau lebih dimana partikel-partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
2.      Pembuatan koloid sol dengan cara dekomposisi raangkap, hidrolisis dan redoks disebut ….
3.      Pembuatan koloid dari suatu endapan dengan bantuan zat pemecah dikenal dengan nama ….
4.      Pemurnian partikel koloid yang menempel pada permukaannya disebut ….
5.      Semakin tinggi suhu suatu sistem koloid, semakin besar …. yang dimiliki partikel medium.
6.      Dalam kehidupan sehari-hari terlihat langit berwarna merah karena …. oleh koloid.
7.      Contoh fase terdispersi padat adalah ….
8.      Contoh fase pendispersi air adalah ….
9.      Jika medium pendispersinya berupa .... maka suatu koloid disebut ....
10.  Susu adalah emulsi .... dalam air.
a. gelas warna   b. kondensasi  c. dialisis  d. Hidrofil e. lemak  f. Peptisasi    g. susu  h. heterogen  i. energi kinetik   j. Penghamburan cahaya 
LAMPIRAN
Bentuk soal uraian:

1.      Mengapa banyak industri yang berkecenderungan membuat produk berupa koloid?
2.      Apa yang dapat menyebabkan koagulasi pada sistem koloid? Jelaskan!
3.      Jelasan sol belerang dengan cara kondensasi dan dispersi?
4.      Apa yang anda ketahui tentang emolgator? Sebutkan manfaat emulgator dalam kehidupan sehari- hari?
5.      Apabila kedalam Sol Fe(OH)2 dicelupkan dua elektrode dihubungkan dengan sumber arus searah bertegangan tinggi ternyata di katode terjadi koagulasi. Jelasan operistiwa tersebut?
6.      Apabila kedalam Sol Fe(OH)2 dicelupkan dua elektrode dihubungkan dengan sumber arus searah bertegangan tinggi ternyata di katode terjadi koagulasi. Jelasan operistiwa tersebut?

LAMPIRAN
Bentuk soal fill in :
Petunjuk:
Isilah titik- titik dibawah ini dengan jawaban yang Tepat!
            Dispersi elektrolitik dikenal juga dengan istilah............(1). Dengan cara Dispersi elektrolitik, zat padat dirubah menjadi partikekel koloid dengan bantuan..........(2). Biasnya, dispersi elektrolitik digunakan untuk membuat..............(3). Misalnya............(4) dan ..........(5). Selain itu, dengan menggunakan suhu tinggi menyebabkan uap logam yang biasa dijadikan bahan bakunya mengalami........(6) membentuk partikel koloid.




[2] Wahjoedi, Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani, RajaGravindo Persada, Jakarta, 2001, h. 11.
[3] Drs. M. Ngalim Purwanto, M.P, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, h. 33.
[4] Prof. H.M. Sukardi, MS., Ph.D., Evaluasi Pendidikan: Prinsip & Operasionalnya, Bumi Aksara, Yogyakarta, h. 121.
[5] Prof. Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, PT. RajaGrafindo Persada, Yogyakarta, 1995, h. 104-118.
[6] Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi aksara, Jakarta, 2010, h. 170-172

0 komentar:

Template by:

Free Blog Templates